Beberapa hari ini kita dihebohkan dengan pemberitaan media tentang seekor anjing yang menyerang seorang pembantu rumah tangga hingga tewas. Bagi Anda yang belum mengetahui beritanya dan ingin mengetahui kronologis kejadiannya, Anda bisa baca beritanya pada situs-situs populer seperti pada link di bawah ini:
- https://news.detik.com/berita/d-4690620/serang-pembantu-hingga-tewas-anjing-malinois-juga-lukai-anak-majikan
- https://www.merdeka.com/jakarta/anjing-gigit-pembantu-di-cipayung-hingga-tewas-pernah-serang-bocah-sales.html
- https://megapolitan.kompas.com/read/2019/09/02/17441311/malinois-belgian-yang-serang-art-di-cipayung-hingga-tewas-merupakan-tipe
Pertama-tama tentu kami sangat prihatin dengan peristiwa ini dan mengucapkan turut berbelasungkawa kepada korban dan keluarga korban.
Sebelum melanjutkan pembahasan lebih lanjut, saya ingin mengingatkan bahwa apa yang akan Anda baca ini adalah opini pribadi saya, bukan sebuah fakta apalagi hasil penelitian ilmiah, selain itu saya juga bukanlah seorang pakar melainkan hanya seseorang yang suka memelihara anjing.
Awalnya saya tidak tertarik untuk membaca berita ini, karena kejadian seperti ini sudah sering terjadi namun selalu ujung-ujungnya anjing yang disalahkan, bahkan seringkali anjing ikut menjadi korban dari oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang langsung mengeksekusi anjing.
Karena menurut saya pribadi biar bagaimanapun anjing tetaplah anjing, terlepas dari berbagai keistimewaan yang dimiliki anjing tetaplah merupakan binatang yang bertindak secara naluriah. Meskipun anjing sering dikategorikan sebagai binatang yang cerdas bukan berarti mereka punya akal budi seperti kita manusia.
Apabila ditelusuri lebih dalam dan mencari penyebab mengapa anjing bisa menyerang manusia, kita akan menemukan bahwa pasti penyebabnya adalah manusia.
Contohnya seperti kisah yang pernah saya alami sendiri berikut ini…
Adik Saya Digigit Anjing Hingga Nyaris Kehilangan Bibir
Ketika masih duduk di bangku sekolah, keluarga saya memelihara 3 ekor anjing campuran (anjing kampung), yaitu 2 ekor anjing jantan dan 1 ekor anjing betina. Pada suatu sore ketika sedang bersantai di ruang tengah seperti yang saya lakukan sehari-hari sepulang sekolah, tiba-tiba saya mendengar suara “graauuurrrr…” dari salah satu anjing dan dilanjutkan dengan teriakan adik saya di teras depan rumah.
Mungkin Anda berharap saya kaget dan langsung lari ke teras, bukan? Ternyata TIDAK! Saya tetap melanjutkan bersantai di atas kasur yang ada di ruang tengah, karena saya mengganggap itu hal yang biasa terjadi ketika bermain dengan anjing, saya sendiri juga pernah digigit beberapa kali.
Namun, tidak lama kemudian ayah saya datang dengan menggendong adik saya, beliau terlihat sangat panik dan langsung mengambil es batu dari dalam kulkas sambil berteriak minta tolong kepada pembantu untuk mengambilkan kain.
Saya melihat darah mengalir deras di sekitar bagian mulut adik saya, ayah saya berusaha keras menghentikan aliran darah dengan mengkompres pakai kain dan es batu, namun darah tetap saja terus mengalir bercucuran keluar hingga membasahi lantai.
Ayah saya terlihat semakin panik dan bicara tidak jelas, sayup-sayup saya mendengar ayah saya seperti berdikusi dengan pembantu kami untuk memanggil ambulans atau tukang becak untuk membawa adik saya ke rumah sakit.
Kebetulan pembantu kami ini sudah bekerja lama dan sudah seperti anggota keluarga sendiri, sehingga dia pun ikut cemas melihat kondisi adik saya tersebut, kemudian dia berkata “Pak, sudah kita boncengan saja naik motor, biar adik duduk di tengah saya pegangin… Biar cepat sampai rumah sakit.”
Akhirnya adik saya dibawa ke rumah sakit dengan sepeda motor bersama dengan pembantu kami tersebut. Dan apa yang saya lakukan selama kejadian itu? Saya hanya diam bengong melihat mereka panik tanpa tau apa yang harus dilakukan, hehehe…
Setelah itu saya mengecek teras rumah sekaligus melihat kondisi anjing kami, mereka terlihat biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa, di saat itu saya juga sempat melihat ada beberapa tetesan dan genangan darah adik saya.
Singkat cerita, akhirnya adik saya selesai menjalani perawatan di rumah sakit, adik saya harus menjalani operasi plastik dan jahitan di bagian bibir atasnya. Menurut ayah saya, dokter mengatakan bahwa bibir atas adik saya hampir putus. Untungnya masih bisa diselamatkan sehingga bibir adik saya tidak sampai (maaf) cacat atau sumbing.
Ayah saya marah besar dan sepulangnya dari rumah sakit langsung memukuli anjing kami dengan tongkat bambu, terdengar raungan kesakitan sekaligus juga gongongan defensif dari anjing saya tersebut.
Saya Justru Menyalahkan Adik Saya, dan Adik Saya pun Demikian
Ketika di depan kulkas di saat ayah saya panik mengkompres es batu pada luka adik saya, saya melihat adik saya menangis bukan hanya karena kesakitan tapi juga membela anjing kami, terdengar adik saya berkata “Jangan buang anjingnya… Aku yang salah… aku yang salah…” Saya pun menimpalinya dengan berkata “Kamu ngapain sih… Kok bisa digigit? Kan sudah dibilang jangan deket-deket…”
Mengapa demikian? Mengapa saya justru menyalahkan adik saya sebagai penyebab dia digigit? Mengapa juga adik saya tetap membela anjing kami? Memang saya, adik dan kakak saya, kami bertiga sangat menyayangi anjing kami, terlepas dari mereka seringkali menggigit kami, kami tetap menyayanginya. Tapi tentu bukan karena itu, bukan karena cinta buta.
Tetapi ada ALASAN LEBIH LOGIS, alasan yang membuat kami menyadari bahwa bukan salah anjing kami melainkan memang salah adik saya. Namun sayangnya ayah kami tidak mau mengakui hal tersebut dan justru memarahi anjing kami hingga pada akhirnya membuat anjing menjadi trauma.
Lantas, apa penyebab anjing kami menggigit adik saya?
Jadi, pada saat itu adalah masa subur dari anjing kami yang betina, di mana hal ini tentu membuat anjing jantan kami menjadi birahi sehingga menjadi lebih protektif terhadap anjing betina tersebut. Kami sudah mengetahui hal tersebut dan memutuskan untuk menjaga jarak dan tidak bermain dengan si anjing betina untuk sementara waktu.
Saat kejadian tersebut adik saya melanggar apa yang sudah dibicarakan sebelumnya, dia nekad untuk bermain-main dengan si anjing betina. Dari cerita adik saya pun dia mengatakan bahwa si anjing jantan tidak langsung menyerang dia, tetapi mendekati adik saya dan anjing betina dengan pelan-pelan, seolah dia sedang memberi peringatan.
Namun, adik saya mengabaikan si anjing jantan dan tetap melanjutkan bermain dengan si anjing betina hingga akhirnya terjadilah kejadian tidak mengenakan seperti di atas.
Nah, kalau sudah seperti ini siapa yang salah? Apakah adik saya yang melanggar keputusan untuk menjaga jarak atau si anjing yang bertindak secara naluri? Ingat, anjing tetaplah anjing, dia adalah binatang yang bertindak secara naluri. Sedangkan kita manusia dibekali akal budi, kita bisa berpikir untuk mengantisipasi dan berusaha menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, bukan?
Oke, mari kembali ke topik semula…
Anjing Artis Bunuh Pembantu, Salah Siapa?
Yang membuat berita ini menjadi lebih menarik karena ternyata pemilik anjing yang menyerang pembantu diduga adalah seorang public figure, bisa dibilang seorang artis yang cukup terkenal terutama di kalangan pecinta anjing. Bahkan beliau juga dikenal sebagai seorang pelatih anjing dan cukup aktif di komunitas anjing.
- https://news.detik.com/berita/d-4690719/anjing-serang-pembantu-sudin-kpkp-sebut-pemiliknya-keluarga-artis
- https://www.tribunnews.com/regional/2019/09/03/kronologi-anjing-serang-art-hingga-tewas-presenter-bima-aryo-disebut-sebagai-pemiliknya
Anjing yang diduga menyerang tersebut juga merupakan anjing terlatih dan sering menjadi bintang tamu pada berbagai acara, termasuk pernah menjadi bintang tamu di salah satu program talkshow terkenal di TV nasional. Lantas mengapa anjing tersebut bisa menyerang?
Saya pribadi (ingat ini opini saya ya) apabila ditanya apa penyebabnya, saya akan mengatakan bahwa pasti ada pemicunya, karena anjing tidak mungkin menyerang manusia tanpa sebab. Walaupun anjing yang diduga menyerang pembantu tersebut adalah dari jenis Malinois Belgian yang memang salah satu jenis anjing pemburu yang biasa digunakan oleh polisi untuk dilatih menyerang target, bukan berarti anjing tersebut akan menyerang secara membabibuta.
Singkatnya saya akan mengatakan kemungkinan ada kesalahan prosedur saat memberikan makan pada anjing tersebut. Pembantu yang baru bekerja sekitar 2 minggu disuruh memberi makan anjing di mana tentu si anjing mungkin belum mengenal dan terbiasa dengan kehadiran pembantu tersebut, seperti kutipan dari berita yang saya baca berikut ini:
Sebelumnya, Yayan meninggal dunia usai diserang seekor anjing di rumah majikannya berinisial TD, Jalan Langgar RT04/RW 04, Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (30/8/2019).
TD diduga memerintah Yayan untuk memberi makan anjingnya yang berjenis malinois belgian itu. Yayan pun sempat menolak karena takut, namun karena tidak enak lantaran baru dua minggu bekerja, ia akhirnya menuruti perintah TD.
Saat membuka kandang anjing, Yayan langsung diserang anjing tersebut.
“Langsung nerkam, lukanya banyak ada di leher, di payudara, di dada, paling banyak dada tengah banyak luka cakaran,” Kata Kapolsek Cipayung Kompol Abdul Rasyid di Mapolsek Cipayung, Senin.
Selain itu, bisa saja sang pembantu tanpa sengaja melakukan gerakan-gerakan yang memincu si anjing menyerangnya. Apalagi anjing yang terlatih untuk proteksi dan menyerang penjahat, biasanya akan cenderung bersikap agresif terhadap gerak-gerik yang mencurigakan, di mana bisa saja gerak-gerik dari pembantu yang ketakutan malah memancing naluri anjing untuk menyerang.
Saat membaca berita ini, saya langsung teringat dengan salah seorang teman ayah saya yang memelihara sekitar 5 ekor anjing jenis Rottweiler, endingnya pun serupa di mana anjing menyerang salah satu pembantu dan mengalami luka cukup parah di bagian kepala, hingga warga setempat dan polisi harus datang untuk menolongnya.
Untungnya si anjing tidak sampai harus dieksekusi, tetapi dengan sukarela akhirnya teman ayah saya tersebut menghibahkan anjingnya kepada polisi agar bisa dimanfaatkan lebih baik.
Apabila ditelusuri lebih dalam apa penyebab anjing tersebut menyerang kita bisa saja akan menemukan faktor penyebab lainnya, seperti yang dijelaskan oleh Philips Joeng, seorang Dog Trainer & Rehabilitator yang saya kutip berikut ini:
Sejak peristiwa Sparta mulai viral, saya mendapat banyak pertanyaan tentang hal ini. Walau dalam pandangan Dog Rehabilitator sy mendapati banyak kesalahan yg diterapkan pada Sparta, namun saya hanya akan membahasnya satu dulu, yakni OVER BONDAGE/OVER BONDING atau Keterikatan yang berlebihan pada satu orang.
Saya sangat mendukung jika anjing2 yg ditugaskan secara khusus seperti dalam unit satwa K9 di Kepolisian/Militer mempunyai sifat Over Bonding dengan Handlernya. Sebab hal tsb diperlukan demi kepentingan khusus & demi keselamatan anjing & handler itu sendiri.
Namun saya kurang setuju jika Anjing yang OVER BONDING atau terikat secara khusus pada satu orang disatukan dengan satu keluarga di rumah dan tidak familiar dengan orang lain, serta tanpa Latihan sosialisasi yang sangat ketat. Sebab hal ini tentu bisa sangat berbahaya.
Sayangnya, banyak orang awam yang terkagum2 dengan Show off anjing2 K9 Polisi/Militer, lalu berpikir bahwa mereka bisa mendapatkan anjing seperti itu. Masalah terbesar adalah, itu anjing Security/Proteksi, khusus Polisi/Militer. One Dog, One Handler. Bukan Anjing untuk Keluarga!! Jangan bermimpi berlebihan mencampur adukkan hal itu.
(Sumber: Facebook Philips Joeng)
Note: Sayang sekali saya tidak bisa membagikan link postingan beliau karena dibagikan melalui Facebook, tapi saya sangat menyarankan Anda untuk baca lengkap penjelasan beliau tentang Over Bondage ini di halaman Facebook Philips Joeng.
Pada intinya menurut Philips Joeng, anjing tersebut diduga menyerang karena Over Bondage atau keterikatan berlebihan pada satu orang, penjelasan mudahnya anjing ini cuma tunduk pada satu orang saja. Sehingga anjing ini akan bersikap baik saat orang yang dia hormati/takuti tersebut berada di dekatnya, namun saat orang tersebut tidak ada maka dia akan bersikap di luar kontrol, tidak selalu sikap agresif tetapi bisa jadi sikap-sikap lain yang menyebalkan, seperti merusak wallpaper rumah atau sofa saat ditinggal sendirian di rumah, buang air sembarangan, tidak mau makan, dll.
Jadi, siapa yang salah?? Apakah anjingnya yang salah? Apakah pembantunya yang salah? Apakah yang menyuruh si pembantu memberi makan yang salah? Ataukah apakah pemilik anjing yang salah?
Terus terang kalau saya pribadi selalu berpegang prinsip bahwa anjing tidak pernah salah, manusianya-lah yang salah! Karena anjing hanyalah binatang yang bertindak dengan naluri, sedangkan kita manusia yang punya akal budi lah yang kerap kali membuat anjing bertindak tidak semestinya.
Tetapi di sini saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa, saya pun berharap kita semua tidak saling menyalahkan. Saya ingin kita bisa belajar dari kejadian ini, maksud saya menulis artikel sepanjang ini adalah untuk membuka pikiran kita bahwa kejadian anjing menyerang manusia pasti ada penyebabnya, dan seringkali manusianya lah penyebabnya.
So, please! Tolong jangan pernah salahkan anjingnya, jangan pernah menghakimi anjing, apalagi sampai harus mengeksekusinya. Karena anjing hanya bertindak dengan nalurinya untuk bertahan hidup.
Sama seperti seekor harimau di kebun binatang, apabila suatu ketika harimau tersebut menyerang salah seorang pengunjung apakah berarti harimau tersebut yang salah? Tentu tidak!
Sekali lagi saya ingatkan bahwa ini adalah opini, pendapat, dan dugaan saya, apabila ada salah-salah kata saya mohon maaf sebelumnya. Terima kasih.